Powered By Blogger

Selasa, 28 Juni 2011

03 Mei 2011 Slideshow

03 Mei 2011 Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ 03 Mei 2011 Slideshow ★ to Indonesia. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

Senin, 20 Juni 2011

ISI HATI ORANG YANG LEMAH



Engkau dekat tapi aku harus mendekatiMu
Dekat denganMu membuatku sadar
bahwa slama ini aku tidak pernah
merasakan kedamaian sejati dalam hati yang kotor ini

Mata hatiku semakin terbuka
Engkaulah yang slalu ada untukku
dan pikiranku telah terilhami
akulah yang paling Engkau sayang

Jiwa ini merasa, aku yang paling beruntung
diantara jiwa-jiwa yang merasa paling beruntung
dengan dirinya sendiri dan dunianya yang dia miliki
Aku cukup dengan cinta yang Engkau beri
karena cintaMu lebih membuatku lebh kaya dari siapapun ...


Segala Puji bagiMu...
Salamku titipkan padaMu untuk
kekasaihMu dan beserta orang-orang rumahnya
Maafkan aku yang slalu terjatuh terandung
dan bahkan terbelenggu dalam gelap gulita
yang aku tidak bisa lepas darinya tanpa cinta dan kasih sayangMu

Inilah yang bisa ku persembahkan bagiMu
sesungguhnya aku lemah
sumber kekuatannya adalah Engakau ya Rabb ...

Alhamdulillah

          

8 Ball - Ambon Manise (Can't Get Back Again)

☆ﷲ☆ Semoga ukhti fillah juga semakin bermuhasabah ☆ﷲ☆

سْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Goresan tinta yang sangat mendalam artinya. Semoga ukhti fillah juga semakin bermuhasabah setelah membaca surat ini :

Ukhti…
Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Rabbmu. Mungkinkah besarnya kerudungmu hanya digunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang? Atau mungkin kerudung besarmu hanya dijadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan? Bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan dijadikan sebagai identitasmu saja supaya bisa mendapat gelar “akhwat” dan di kagumi oleh banyak ikhwan?

Ukhti…
Tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri ukhti sendiri. Coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi? Bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa disadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manismu?

Ukhti…
Lembutnya suaramu mungkin selembut sutra. Bahkan lebih dari pada itu. Tapi akankah kelembutan suara ukhti sama dengan lembutnya kasihmu pada sauadaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu?

Ukhti…
Lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu. Akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir? Akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain?

Ukhti…
Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju Rabbmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran airmata yang jatuh ke tempat sujudmu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan? Atau sebaliknya, malammu selalu diselimuti dengan tebalnya selimut setan dan dininabobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh?

Ukhti…
Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu. Mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang ukhti dapatkan? Ataukah ukhti tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat?

Ukhti…
Cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri ukhti sendiri. Pernahkah ukhti menyadari bahwa kecantikan yang ukhti punya hanya titipan ketika muda? Apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan ukhti masih terlihat cantik? Jangan-jangan kecantikanmu hanya dijadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu?

Ukhti…
Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu. Terlalu banyak musuh yang akan ukhti hadapi mulai dari musuh-musuh Islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.

Ukhti…
Tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu yang tertindas di Palestina. Pernahkah ukhti menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja? Pernahkah ukhti merasakan bagaimana rasanya berjihad yang dilakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan?

Ukhti…
Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, Coba ukhti perhatikan dunia sekelilingmu! Masih banyak teman,saudara bahkan keluarga ukhti sendiri belum merasakan manisnya Islam dan iman mereka belum merasakan apa yang ukhti rasakan. Bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan. Sanggupkah ukhti menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam?

Ukhti…
Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang Khalikmu. Ukhti adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak-abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu. Banyak cara yang harus ukhti lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….?!

Ukhti…
Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri. Masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya’ dan sombong? Pernahkah ukhti membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling “wah”, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di atas rata-rata akhwat yang lain? Sesombong itukah hatimu? Lalu dimanakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu?

Ukhti…
Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke masjid atau musholla. Sadarkah ukhti kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terlihat kosong dan menghawatirkan? Tidakkah ukhti memikirkan infaq sedikit saja? Bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang ukhti masukan? Maukah ukhti diberi rizki sepelit itu?

Ukhti…
Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin-kamis yang ukhti laksanakan. Kejujuran hati tidak bisa dibohongi. Kadang semangat fisik begitu bergelora untuk dilaksanakan. Tapi, semangat ruhani tanpa disadari turun drastic. Puasa yaumul-bidh pun terlupakan apalagi puasa senin-kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu. Separah itukah hati ukhti? Makanan fisik yang ukhti pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan. Kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.

Ukhti…
Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu. Kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang ukhti lewati. Sikap ramahmu pada orang ukhti temui sangat jarang terlihat. Bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan. Kalau itu kenyataannya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader? Ingat!!! Dakwah tidak memerlukan ukhti! Tapi…, ukhtilah yang memerlukan dakwah. Kita semua memerlukan dakwah.

Ukhti…
Rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti rosulullah sebagai panutanmu.

Ukhti…
Ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang Khalikmu, masihkah ukhti senang bermanjaan dengan Rabbmu dengan shalat Dhuhamu, shalat malammu?

Ukhti…
Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi. Akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah ukhti ketika sang mujahid akan segara menghampirimu?

Ukhti…
Masih ingatkah ukhti terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik? Jadi, siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu.

Ukhti…
Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu. Maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek. Tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu.

Ukhti…
Muhasabah yang ukhti lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan ukhti yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu? Sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus dilakukan sebelum tidur. Ukhti tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busukmu dilupakan. Kenapa muhasabah tidak dijadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang baik hanya akan mendapatkan ikhwan yang baik?

Ukhti…
Pernahkah ukhti bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap? Dan pasti, bukankah apa yang ukhti pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang sholehah dan seorang mujahidah? Kenapa tidak dari sekarang ukhti mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahidah yang shalehah?

Ukhti…
Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri ukhti, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua? Kapan akan menjadi anak yang biruwalidain? Kalau memang itu terjadi, jadi sampai kapan? Mulai kapan akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat shalehah?

Ukhti…
Apakah pandanganmu sudah terpelihara? Atau, pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa? Atau, tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar?

Ukhti…
Hatimu di jendela dunia. Dirimu menjadi pusat perhatian semua orang. Sanggupkah ukhti menjaga izzah yang ukhti punya? Atau sebaliknya, ukhti bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain? Kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama-ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain. Jadi, kalau ukhti sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain.

Ukhti…
Dirimu menjadi dambaan semua orang. Karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang shalehah. Siapkah ukhti sekarang menjadi istri shalehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang?...
ﷲ¤══¤۩۞۩ஜஜ۩۞۩¤══¤♣ﷲ♣¤══¤۩۞۩ஜஜ۩۞۩¤══¤♣ﷲ♣¤══¤۩۞۩ஜஜ۩۞۩¤══¤ﷲ
  ♣ 085350180850 ♣ saran saudara sangat berharga buat saya♣

AKU INGIN KEMBALI

Aku terpekur lama, menata masa depan yang terpampang dihadapanku. Memberiku sekelumit pilihan sulit tentang serentetan masa depan yang juga diluar kuasaku. Sesuatu yang tak mampu kuraba, sekedar mampu kurancang meski ku tahu takkan pernah sempurna. Pilihan-pilihan berseliweran, seolah ingin menggoda komitmenku. Mempertanyakan banyak hal yang menjadi jawaban atas kejujuran dalam hatiku. Egoku, perasaanku, mimpiku, bahkan buaian angan-anganku semua bercampur menjadi adonan yang aku sulit mengatakan rasanya. Tarik menarik antara mimpi dan realita. Dan aku memang harus terpekur, untuk merenung, dan berhenti sejenak. Bukan untuk melamun atau hanya berhenti pada tataran angan hampa yang kosong dan semu.

Namun ini tak mudah, ini situasi kompleks yang dulu sering aku hindari. Terlalu banyak hal yang bermain, hingga lidah ini tak sanggup ungkapkan rasa karena daya kecapnya yang mulai memudar. Ada banyak pilihan, dan mungkin terlalu banyak pertimbangan, begitu analisis seorang ibu tentangku. Kini, aku tak bisa mungkir apalagi berlari dari semuanya. Saat ini aku harus berbalik arah, dan menghadapinya. Menjalaninya, dan berhenti berlari. Meski ada rasa takut, meski ada berbagai rasa yang terkorbankan, aku yakin aku bisa.

Ya, berbekal satu rasa tsiqohbillah. Kemana selama ini tsiqoh bersembunyi di relung hati. Hilangkah bersama kian menurunnya yaumiku, bersama lepasnya hafalanku, bersama turunnya imanku. Dan kini, aku seperti orang yang kebingungan karena kehilangan anak satu-satunya. Iman… Ya, manisnya iman. Kemana mutiara yang berada didasar hati itu…. kemana aku harus mencarinya??

Aku mulai menapaki perjalanan ruhani kebelakang. Sungguh, setan begitu ingin menggoda kita, menjerumuskan kita dalam kedzaliman. Memanfaatkan sisi-sisi terlemah kita. Dan begitu seringnya akhirnya kita tergoda, dan menodai kesucian hati yang selama ini kita jaga. Kata-kata yang tepat untuk diucapkan saat ini, ya Rasulullah maafkan kami. Sebuah kerinduan menyeruak hangat dalam hatiku. Kerinduan akan perjumpaan dengan sang kekasih sejati. Kerinduan akan cinta yang benar dan hakiki. Dan aku tak mau lagi berpaling.

Sahabatku, saudaraku…. Aku sangat menyukai saat-saat aku berbagi denganmu. Meski sekedar lewat sebuah tulisan yang hadir dihadapanmu. Saat mencoba mengetuk pintu relung hati, dan mencari kemuliaan izzah seorang muslim dalam dasar hati ini. Sungguh, kehidupan ini adalah serangkaian masalah, serentetan soal dan ujian yang takkan ada habisnya. Hingga penghujung usia kita yang membatasinya. Kebahagiaanku, adalah saat bersama semua. Sahabat, saudara, patner da’wah, adik, mad’u, mas’ul, jundi…. Bersama semua adalah energi yang begitu besar. Hingga tanpa kusadari pertemuan-pertemuan bersama semua adalah saat-saat yang dirindukan. Cinta adalah gagasan yang menjadi muara, tak sekedar aliran sungai, atau genangan air (meminjam tulisan seorang ustadz). Dan disini kutemukan gagasan itu dalam sepotong cinta yang tertambat.

Namun sahabat, seringkali kenyataan tak semanis keinginan. Serangkaian soal yang kini terpampang dihadapanku seolah memintaku untuk mengerjakannya dengan cara lain. Tidak hanya melulu memperturutkan ego dan hawa nafsuku. Memintaku menyelesaikannya dengan bijak dan selaksa iman.

Itulah alasan aku terjun kelautan dasar hatiku. Mempertanyakan banyak hal didalamnya, menegaskan kejujuran dan komitmen yang hadir disana. Tarik menarik antara impian dan realita pun, kerap kali membawaku dalam kondisi paranoid untuk mempertahankan terguncangnya benteng mimpiku. Dan aku terus menyakinkan diri dengan semua impian, sampai pada akhirnya aku harus terbangun.

Ya terbangun dan tersadarkan, aku harus kembali. Kembali pada hakikat sejati seorang da’i. Pilihan-pilihan yang ada boleh jadi sesuatu yang menanti jawabku. Menantangku untuk memberikan sepotong hatiku. Dan ditepian asa ini aku berdiri… Mencoba untuk tegak berdiri. Melawan angin yang berhembus kencang. Bertahan meski hujan badai mengalir deras. Aku ingin pulang. Aku ingin kembali. Dalam naungan cinta sejati yang selama ini kucari. Aku sadar aku hanyalah debu yang tak berarti dilautan kuasa-Nya, dalam mahligai cintaNya, dalam Rahman-Nya yang takkan sanggup kuhitung kebaikan-Nya. Dan aku ingin kembali, tergetarkan oleh kalam-Nya, menangis karena khauf dan roja pada-Nya, merindu janji-janji-Nya. Aku ingin pulang dan merasakan ketentraman dibawah naungan Al-Qur’anNya. Merindu sang Kekasih, dan menyelami rasa mencinta pada-Nya.

Aku ingin kembali, menggelora penuh hamasah dan ruhul jihad untuk berjuang seperti lelaki terbaik dalam hidupku. Rasulullah. Mengikuti sunnah-sunnah-Nya, menjalankan yang dicintainya, mengorbankan ruh, jasad, dan jiwa ini untuk meneruskan risalahnya. Aku rindu perjumpaan dengannya. Hingga aku berharap hari-hariku adalah mencintainya, bahkan melebihi cintaku pada diriku dan lainnya. Hari-hari untuk menoreh cinta, membuktikan pengorbanan, dan memberikan segala yang kan membuatnya tersenyum. Ya, aku ingin kembali. Kembali tergoda akan cinta yang dimiliki Abu Bakar, cinta Bilal, cinta Nusaibah, cinta para sahabat terbaiknya. Kembali pada hakikat diri seorang muslim, seorang da’i dan seorang pencari cinta hakiki. Dia menunggu ditelaga (al Haudh), menanti kebenaran janjiku dan bukti cintaku.

Aku ingin pulang…… Aku ingin kembali…… Sungguh, aku tak mau tertipu lagi, cinta dunia yang semu dan tak pasti. Sahabat, saudaraku, ikhwah fillah, dan energi jiwaku. Aku akan menepati janjiku, komitmenku, mengikuti kata hatiku. Meski semua ini takkan pernah cukup untuk membalas ihsanullah. Meski semua ini menuntut kebersihan hati yang harus berulang kali kuperjuangkan. Meski semua ini menuntut selaksa keikhlasan dan kebenaran janjiku. Insya Allah, aku akan menepati janjiku. Kali ini…, aku harus menjalankan semuanya dengan benar.
Aku terhenti disini… Tak sanggup tuk menuliskan lagi. Jujur, aku ingin berlari, beruzlah, dan merenung dalam gua sepi. Tapi kemudian aku menyadari, Dia begitu dekat, untuk mendengar setiap lintasan dan jeritan hatiku. Dia Maha Tahu, setiap pengkhianatan yang hadir dari mataku, hatiku, lisanku. Dia Maha Penyayang, hingga hidayah, pencerahan masih terus tergulirkan dalam hari-hariku.

Sahabat, saudara, adik-adikku, marilah kita kembali… Pada hakikat cinta yang abadi. Kembalilah…, pada niat suci yang penuh energi. Kembalilah, dan kau akan mengerti semua puzzle permasalahan, soal kehidupan adalah ujian keimanan yang harus dimenangkan. Kembalilah…, untuk merasakan manisnya keimanan dan ketaatan. Kembalilah…, bersamaku. Menata masa depan yang menjanjikan, bidadari yang bermata jeli, sungai-sungai yang mengalir dibawahnya, dan keindahan perjumpaan dengan Sang Kekasih yang takkan pernah terbayangkan. Kembalilah…, doaku bersamamu.

Doakan aku dalam doa-doa malammu, agar mampu menata hati dan masa depan. Aku tahu aku terlalu banyak pertimbangan, terlalu banyak kriteria yang mungkin tak masuk akal. Tapi kali ini aku ingin menepati janjiku…, untuk terus berada disini. Bersama saudara-saudara terbaikku. Dan cukuplah kebersamaan ini menjadi energi untuk aku mengambil segala keputusan atas pilihan yang ada. Semoga yang terbaik.♥ By Rafhyel. Pengechuthe ♥
Pembicaraan tentang wanita adalah sebuah wacana yang selalu hangat dan tidak pernah ada habisnya,

bagaikan mengarungi samudera yang tak bertepi.

Makhluk Tuhan paling indah yang mewarnai dunia itu penuh fenomena dan rahasia, namun hanya sedikit yang mau dan mampu memahami itu.

Sungguh maha Benar Allah atas firman-Nya

"Dan tidaklah kamu diberikan ilmu kecuali sedikit".

Ilmu yang menghiasi dunia hari ini adalah bagaikan air yang menempel pada ujung jarum ketika jarum itu dicelupkan ke dalam luasnya samudera ilmu Allah.

Wanita adalah sebuah nama untuk makhluk Allah Swt yang berlainan jenis dengan pria yang diciptakan Allah

dengan segala kelebihan dan kekurangan untuk menyempurnakan kehidupan dunia pria.

Bukan itu berarti kecilnya peran dan maksud eksistensi wanita di dunia,

tapi itulah kemulian wanita yang diberikan Allah Swtdi dunia,

wanitalah yang membuat pria menjadi pria,

menghiasi dunia, wanitalah yang mewarnai dunia,

wanita adalah posisi mulia yang jauh dari apa yang diusung oleh kelompok yang mengaku pembela wanita,

pejuang hak wanita, and so on….

Allah Swt telah memberikan posisi paling mulia bagi wanita sebagai Ratu

dari segala Ratu di dunia dan lebih agung dari itu

adalah sebagai ibu bagi anak-anaknya dan pendidik bagi generasi-generasinya

dan tiang penyangga keutuhan dan kesempurnaan eksistensi

dan komunitas manusia.

Maka benarlah penyair yang mengatakan

"al-Ummu Madrasatun" seorang ibu itu bagaikan sekolah.

Akhir-akhir ini kembali ramai kelompok-kelompok yang menggembar-gemborkan emansipasi dan hak-hak wanita,

sehingga mereka mendapat gelar "Pembela Wanita".

Ada juga kelompok lain yang mengekang wanita, melarang wanita dari seluruh aktivitas outdoor,

mereka membatasi hak-hak wanita antara "kasur, dapur dan sumur" dengan menggunakan background keagamaan.

Dan mereka berhasil mendapat gelar " Musuh Wanita".

Hal ini sebenarnya bukan problematika baru di dunia,

cuma sebuah tema basi yang diangkat kembali,

dan dipanasi dengan bumbu yang agak lebih sedap.

Ketika kita melihat dan memperhatikan,

ternyata kedua sebutan tersebut ada benarnya,

tapi kesalahnya lebih besar!

Kelompok pertama yang yang mengaku pembela wanita tidaklah sebaik yang diakuinya

dan sebenar yang dipikirkan wanita,

sedangkan kelompok kedua juga tidak sejahat yang dikira,

sampai-sampai disebut musuh wanita.

Dan yang bisa membuktikan kebenaran dua kelompok yang dibentuk oleh opini masyarakat itu adalah masyarakat itu sendiri,

dengan bukti sejarah dan fenomena yang terjadi,

masyarakat bisa memberikan sebuah penilaian yang tepat mengenai dua kelompok itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa keindahan ciptaan Allah pada wanita akan menarik setiap pria,

itulah salah satu kenapa manusia bisa menjadi lebih mulia dari malaikat ketika dia berjalan pada rambu-rambu Allah

dan menjadi lebih hina dari binatang ketika dia melanggar rambu dan aturan Allah.

Semua itu adalah fenomena kehidupan yang merupakan tempat persinggahan sementara sebelum melanjutkan perjalanan ke kehidupan yang sebenarnya.

Allah menciptakan keindahan pada wanita supaya mereka menjadi istri yang sholehah bagi pria

dan menjadikan pria suami yang sholeh bagi wanita.

Setan cs. telah bosan disembah di muka bumi,

namun setan cs. tidak pernah bosan melakukan tugasnya yang satu ini,

mereka menjadikan keindahan itu sebagai senjata untuk menaklukkan pria

dan membuat fitnah bagi generasi.

Hijab bagi wanita adalah panji-panji kemuliaan,

bahkan panji agama.

Musuh akan selalu menyerang panji-panji untuk menaklukkan sebuah pasukan,

apabila panji-panji telah tumbang,

maka pasukan akan menyerah secara otomatis.

Wanita tidak pernah sadar akan itu semua, mereka tidak pernah sadar

bahwa mereka bagaikan burung dara yang sedang diincar oleh elang bercakar tajam yang siap memangsanya setiap saat dia lengah.

Almarhum Syeikh Ali Tantawy pernah menulis sebuah surat sebagai pesan dari beliau sebagai orang tua untuk generasi muda.

Wahai putriku….. Saya adalah seorang pria yang telah melewati masa muda,

telah melewati impian dan angan-angan itu semua,

dan saya juga telah berjalan mengelilingi dunia

dan bertemu dengan berbagai macam manusia,

maka dengarkan kata-kata saya, nasehat yang saya utarakan berdasarkan pengalaman yang mungkin tidak akan pernah kamu dengar dari orang lain.

Kita sebagai orang tua telah banyak menulis dan mengajak kepada akhlak yang benar,

dan berusaha menghapus kerusakan moral,

sampai lelah lidah ini dan telah kering ribuan pena,

namun tidak ada hasil apa-apa,

tidak ada kemungkaran yang hilang,

bahkan semakin hari kemaksiatan itu semakin bertambah merajalela,

kehancuran moral meraja di mana-mana,

kebebasan dan buka-bukaan ada di mana-mana,

semakin meluas dan semakin melebarkan sayapnya ke seluruh dunia,

mungkin tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak tersentuh kebudayaan itu!

Sampai ke Syam sekalipun!

Padahal dulu di Syam semua wanita berkudung panjang yang menyapu tanah

dan Syam termasuk salah satu negeri yang over dalam menjaga kehormatan!

Tapi hari ini….wanita-wanitanya keluar di jalan-jalan dengan tangan, betis dan dada terbuka!

Kita belum berhasil….dan saya kira kita tidak akan berhasil!

Kenapa demikian? Karena kita belum sampai kepada pintu reformasi jiwa dan batin sampai hari ini!

Bahkan jalannya saja kita tidak tahu!.

Sebenarnya pintu itu ada di depanmu wahai putriku…

dan kuncinya di kananmu wahai putriku…

kalau seandainya kamu mau memasukinya wahai putriku…

maka semuanya akan baik!.

Memang benar laki-lakilah yang pertama menapakkan langkah ke jalan dosa dan jalan itu tidak pernah dimulai oleh wanita!

Tetapi…kalau bukan karena kalian yang memancing niscaya mereka tidak akan pernah berani maju!

Kalau bukan karena kelembutan kalian mereka tidak akan pernah nekat!

Kalian yang membuka pintu dengan senyuman welcome…dan merekapun masuk….

seakan-akan kalian mengatakan pada pencuri itu…"silakan masuk…",

tapi setelah kamu kecurian baru kalian sadar dan berteriak minta tolong…" tolong…saya kecurian…".

Seandainya kalian tahu bahwa laki-laki itu semuanya serigala yang kelaparan

dan kalian adalah kelinci kecil,

maka kalian akan lari dari mereka seperti kelinci kecil yang takut dimangsa serigala…

dan kalau seandainya kalian sadar kalau laki-laki itu semuanya pencuri,

maka kalian akan berhati-hati,

seperti kehati-hatian orang kikir dari amil zakat!

Namun sayang, kalian tidak tahu dan tidak pernah mau sadar!.

Kalau seandainya serigala hanya mengincar empuknya daging kelinci,

maka yang diincar laki-laki lebih besar dari sekedar daging bagi kalian dan lebih jahat dari pada kematian yang diberikan serigala bagi kelinci!

Kesucian yang menjadi kebanggaan kalian,

dengannya kalian berharga dan dengannya kalian mengarungi masa depan wahai putriku….!. Kematian kelinci di tangan serigala tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesucian kalian yang ternodai di tangan laki-laki!

Demi Tuhan wahai putriku….

tidak ada laki-laki yang melihat kalian berjalan dengan setengah aurat terbuka kecuali mereka bisa menelanjangi kalian dengan pikiran mereka…

(kecuali mereka yang masih disayang Tuhan..).

Wahai putriku…demi Tuhan…

jangan percaya pada pria yang mengatakan bahwa

mereka tidak memandang wanita kecuali akhlaknya,

berbicara pada kalian seolah-olah mereka pelindung kalian,

teman kalian! Bohong!

semuanya bohong!

Kalau seandainya kalian tahu apa yang mereka pikirkan tentang kalian ketika mereka sendiri,

maka kalian akan sadar!

Tidaklah seorang pemuda tersenyum pada kalian,

berlemah-lembut pada kalian,

dan tidak pula mereka memberikan pertolongan pada kalian

kecuali itu adalah permulaan dari sesuatu yang mereka inginkan dari kalian!

Ada apa selanjutnya wahai putriku?

Apa? Pikirkan sendiri!.

Kalian bersama-sama merasakan kenikmatan sesaat,

kemudian dia melupakannya,

tapi kamu akan merasakan kesedihannya selamanya!

Kemudian dia pergi mencari wanita lain dan melakukan apa yang telah dilakukan padamu,

selamanya kalian akan merasakan beratnya mengandung….

kesedihan di hati….dan kesengsaraan jiwa…

sadarlah wahai putriku…..

Masyarakat akan mengampuni si pemuda dengan mengatakan

"Dia pemuda yang dulunya tersesat, namun kini telah bertaubat",

tapi kalian akan terus berada dalam kesedihan dan malu seumur hidup!

Masyarakat tidak akan pernah berpikiran pada kalian seperti apa yang dipikirkan pada laki-laki!.
                                                 PUTRA G.E.S.E.R.

BUNDA

Tanyakan pada dirimu,
Siapa seorang yang paling setia menemani hidupmu
Siapa seorang yang sangat khawatir memikirkan keadaanmu
Siapa seorang yang selalu berdoa atas kesehatan dan kesuksesanmu
Dan siapa seorang yang mempunyai waktu untuk terus memperhatikanmu

Kekasihmu..??

Apa yang telah kekasihmu lakukan untukmu..??
Mengapa kau begitu takut kehilangan dirinya dalam hidupmu..??

Di saat dunia mencampakkanmu, adakah kekasihmu berada di sampingmu?
Di saat arah tak mampu tentukan langkahmu, adakah kekasihmu hadir untuk menuntunmu?
Dan di saat hatimu bimbang dengan keluh hidupmu, adakah kekasihmu kecewa dalam hilangnya semangat pada harapanmu?

Bahkan Tidak sama sekali

Namun, ada seseorang yang di kirim dalam hidupmu untuk hal itu

Hanya Ia yg selalu ada dengan apapun keadaanmu
Bahagia dan sedih dia akan selalu ada untukmu
Meluangkan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesalmu
Bahkan senantiasa berdoa atas keringanan masalah hidupmu

Ia, Bukan Kekasih atau bahkan Sahabatmu

Ia, adalah Ibumu

Harta paling berharga yang saat ini kau miliki dari sang maha kuasa
Kado terindah selama hidupmu yang pernah ada dan patut untuk kau jaga

Tapi renungkanlah,
Ketika kau bahagia, adakah kau menceritakannya pada Ibumu..??
Ketika kau sukses, adakah sedikit rejeki yang kau sisihkan untuk Ibumu..??
Dan, ketika kau makan malam bersama pasanganmu, adakah kau tau saat ini makan apa Ibumu..??

Mungkin,
Kau lebih senang berbagi kebahagian dengan pasanganmu
Kau lebih memilih menyisihkan sedikit rejekimu untuk pakaian baru pasanganmu
Dan, kebahagian yang kau cari akan lebih sempurna bila menghabiskan waktu makan malam berdua bersama pasanganmu

Tapi, apa kau tau
Ibumu selalu menunggu kedatanganmu di kursi teras depan rumahmu
Dengan pakaian kusam dan wajah yang penuh harap atas kedatanganmu
Ibumu tak pernah berharap untuk kau belikan sesuatu yang baru,
Sebungkus nasi yang kau beri bahkan sudah cukup untuk membuat Ibumu bangga akan dirimu

Dan, mungkin kau tak tau
Di saat kau bertanya tentang keadaanya
Ia akan selalu berkata
"Ibu selalu baik nak, jangan khawatirkan ibu, ibu takut akan menggangu pekerjaanmu"

Tapi, di saat itu pula

Ia lagi terbaring lemah hanya di temani selimut hangatnya
Berbohong hanya tak ingin merepotkanmu untuk merawatnya

Adakah kau peduli akan hal itu..??
Seberapa banyak materi dan waktu untuk kau habiskan bersama pasanganmu..??
Apakah sebanding dengan apa yang kau lakukan untuk Ibumu..??


Lakukanlah yang terbaik selagi kesempatan itu masih ada untuk Ibumu
Ketika esok kau pulang, melihat kursi teras tak lagi terisi di depan rumahmu
Kamarnya, hanya ada selimut yang sering Ia kenakan untuk menghangatkan tubuhnya

Lemarinya, hanya penuh dengan pakaian kusam yang sering ia kenakan di saat menunggumu pulang di sela waktunya

Terselip surat penuh Harap darinya

"Tuhan, berikan hamba sedikit waktu untuk melihat kesuksesan anak hamba, hamba yakin dia akan datang dan menceritakan perjalan hidupnya selama ini. Hamba yakin dia akan meluangkan waktu untuk memeluk hamba disini, menggantikan selimut hangat yang hamba kenakan saat ini. Dan, hamba yakin dia akan kembali menemani hamba, menghabiskan makanan yang telah hamba sediakan di atas meja makan ini. Tuhan, tolong beri hamba waktu untuk menunggunya."

Namun, kau tau
Ajal telah mendahului untuk mewujudkan harapan terakhirnya

Kau lihat, begitu Ibu sangat mengharapkan kehadiran kita
Selalu menunggu dengan sabar walau letih dengan penyakitnya

Manfaatkanlah waktu untuk kebahagiannya
Walau kita tahu, itu takkan pernah cukup untuk membalas semua apa yang telah Ia lakukan untuk kita

Namun, sesekali kau menjenguk dan menanyakan keadaannya
Ia akan sangat bahagia dan merasa kau masih peduli terhadapnya.

( Ya Allah, berikanlah Ampunan atas Segala Dosa dan Kesalahan Beliau, Terimalah semua amal dan Ibadahnya serta tempatkanlah Beliau di Syurgamu). AAMIIN...
............................................RAFHYEL PUTRA GESER............................

Kamis, 09 Juni 2011

Bunda, kutitipkan Rinduku Pada Wajah Malam


Bunda, izinkan kembali kurasakan hadirmu di sisi...
Biarkan kurasakan belaimu dari jarak yang cukup jauh.

Bunda, ingin kubermanja dalam pangkuanmu detik ini.
Menghapus resahku, menyejukkan kembali hatiku, menyabarkanku, meninggikan asa yang ingin kucapai dengan mengecilkan segala problema yang menyarang.
Bunda, sungguh... takkan pernah kulupa nasihatmu, apalagi ketika kutemui kerikil kecil seperti yang kuhadapi sekarang.
Dan sekali lagi, aku rindu saat-saat seperti ini... denganmu tentu, di sisiku.
Bunda, aku yakin kau selalu sedia untukku...

Lihatlah bunda, aku masih seperti dulu... menjadi bunga mawarmu yang kokoh dengan duri-duri.
Berusaha menjadi sosok yang tegar dan baru, ketika ujian mencoba mencabik diriku di tengah belantara usiaku.
Sebab jauh darimu... maaf bila sedikit mengkhawatirkanmu.
Bunda, kutitipkan rinduku untukmu pada wajah malam.

Semoga Allah mencukupkan kita dengan hidayah-Nya, hingga kita tak peduli lagi dengan peluh di dahi.
Sebab inilah kenikmatan,
Bunda...
kutahu kaupun selalu berusaha menepis lelah dengan keyakinan kita sebagai hamba.
Sama seperti yang kaubisikkan dulu padaku,
ketika masa-masa sulit pun berlalu dengan sangat manis.
Hehehe... sebenarnya aku lagi menghibur diri neh, bunda.

Namun, apalah hidup tanpa sebuah keyakinan?!
Sebab, tanpa keyakinan itu... bisa saja ku mudah terhempas, lemah, rapuh, hingga sunyi di keterasingan sendiri.
Bisa saja kulepas keyakinan itu, namun... yang terjadi padaku lebih mengerikan daripada itu. Hehehe... lega neh, bunda.

Biarkan aku untuk tidak berharap pada apa pun kini, bunda.
Semoga aku lebih dewasa, dan menjadi mawar yang kokoh seperti harapanmu... sampai kapanpun.
Sebab aku pun masih bidadari kesayangan ayah.

Dari anakmu, semoga Allah selalu menjagamu untukku
 aldhy-gakrepot.blogspot.com

☆ﷲ☆ Semoga ukhti fillah juga semakin bermuhasabah ☆ﷲ☆

سْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

ا لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Goresan tinta yang sangat mendalam artinya. Semoga ukhti fillah juga semakin bermuhasabah setelah membaca surat ini :

Ukhti…
Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Rabbmu. Mungkinkah besarnya kerudungmu hanya digunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang? Atau mungkin kerudung besarmu hanya dijadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan? Bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan dijadikan sebagai identitasmu saja supaya bisa mendapat gelar “akhwat” dan di kagumi oleh banyak ikhwan?

Ukhti
Tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri ukhti sendiri. Coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi? Bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa disadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manismu?

Ukhti…
Lembutnya suaramu mungkin selembut sutra. Bahkan lebih dari pada itu. Tapi akankah kelembutan suara ukhti sama dengan lembutnya kasihmu pada sauadaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu?

Ukhti…
Lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu. Akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir? Akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain?

Ukhti…
Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju Rabbmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran airmata yang jatuh ke tempat sujudmu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan? Atau sebaliknya, malammu selalu diselimuti dengan tebalnya selimut setan dan dininabobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh?

Ukhti…
Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu. Mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang ukhti dapatkan? Ataukah ukhti tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat?

Ukhti…
Cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri ukhti sendiri. Pernahkah ukhti menyadari bahwa kecantikan yang ukhti punya hanya titipan ketika muda? Apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan ukhti masih terlihat cantik? Jangan-jangan kecantikanmu hanya dijadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu?

Ukhti…
Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu. Terlalu banyak musuh yang akan ukhti hadapi mulai dari musuh-musuh Islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.

Ukhti…
Tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu yang tertindas di Palestina. Pernahkah ukhti menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja? Pernahkah ukhti merasakan bagaimana rasanya berjihad yang dilakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan?

Ukhti…
Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, Coba ukhti perhatikan dunia sekelilingmu! Masih banyak teman,saudara bahkan keluarga ukhti sendiri belum merasakan manisnya Islam dan iman mereka belum merasakan apa yang ukhti rasakan. Bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan. Sanggupkah ukhti menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam?

Ukhti…
Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang Khalikmu. Ukhti adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak-abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu. Banyak cara yang harus ukhti lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….?!

Ukhti…
Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri. Masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya’ dan sombong? Pernahkah ukhti membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling “wah”, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di atas rata-rata akhwat yang lain? Sesombong itukah hatimu? Lalu dimanakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu?

Ukhti…
Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke masjid atau musholla. Sadarkah ukhti kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terlihat kosong dan menghawatirkan? Tidakkah ukhti memikirkan infaq sedikit saja? Bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang ukhti masukan? Maukah ukhti diberi rizki sepelit itu?

Ukhti…
Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin-kamis yang ukhti laksanakan. Kejujuran hati tidak bisa dibohongi. Kadang semangat fisik begitu bergelora untuk dilaksanakan. Tapi, semangat ruhani tanpa disadari turun drastic. Puasa yaumul-bidh pun terlupakan apalagi puasa senin-kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu. Separah itukah hati ukhti? Makanan fisik yang ukhti pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan. Kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.

Ukhti…
Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu. Kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang ukhti lewati. Sikap ramahmu pada orang ukhti temui sangat jarang terlihat. Bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan. Kalau itu kenyataannya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader? Ingat!!! Dakwah tidak memerlukan ukhti! Tapi…, ukhtilah yang memerlukan dakwah. Kita semua memerlukan dakwah.

Ukhti…
Rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti rosulullah sebagai panutanmu.

Ukhti…
Ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang Khalikmu, masihkah ukhti senang bermanjaan dengan Rabbmu dengan shalat Dhuhamu, shalat malammu?

Ukhti…
Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi. Akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah ukhti ketika sang mujahid akan segara menghampirimu?

Ukhti…
Masih ingatkah ukhti terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik? Jadi, siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu.

Ukhti…
Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu. Maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek. Tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu.

Ukhti…
Muhasabah yang ukhti lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan ukhti yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu? Sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus dilakukan sebelum tidur. Ukhti tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busukmu dilupakan. Kenapa muhasabah tidak dijadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang baik hanya akan mendapatkan ikhwan yang baik?

Ukhti…
Pernahkah ukhti bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap? Dan pasti, bukankah apa yang ukhti pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang sholehah dan seorang mujahidah? Kenapa tidak dari sekarang ukhti mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahidah yang shalehah?

Ukhti…

Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri ukhti, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua? Kapan akan menjadi anak yang biruwalidain? Kalau memang itu terjadi, jadi sampai kapan? Mulai kapan akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat shalehah?

Ukhti…
Apakah pandanganmu sudah terpelihara? Atau, pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa? Atau, tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar?

Ukhti…
Hatimu di jendela dunia. Dirimu menjadi pusat perhatian semua orang. Sanggupkah ukhti menjaga izzah yang ukhti punya? Atau sebaliknya, ukhti bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain? Kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama-ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain. Jadi, kalau ukhti sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain.

Ukhti…
Dirimu menjadi dambaan semua orang. Karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang shalehah. Siapkah ukhti sekarang menjadi istri shalehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang?...
¤══¤۩۞۩ஜஜ۩۞۩¤══¤♣ﷲ♣¤══¤۩۞۩ஜஜ۩۞۩¤══¤♣ﷲ♣¤══¤۩۞۩ஜஜ۩۞۩¤══¤
085350180850 ♣ saran saudara sangat berharga buat saya