Men-senyumkan hati lagi, diiringi rintik hujan yang menjadi saksi.
Bahwa aku masih kuat dan memilih bertahan. Meski kini semuanya hanya
narasi tanpa narator. Tak cukup memang menyuguhkan syarat lengkap. Namun
toh pada kenyataannya memang demikian adanya, tanpa jeda dan
pengulangan meski keinginan di ubun-ubun.
Tersenyum lagi,
lebih lebar. Sejengkal langkah harus mundur dalam titah takdir. Tak usah
melawan, karena akan tiba masanya menapakkan lagi, meski dengan tapak
yang berbeda. Dan sungguh, tak ada kerisauan dalam tenang ini. Karena
niatan hati teryakinkan telah pada posisi yang benar.
Pada
riak-riak takdir yang menyentil spirit jiwa. Menggejolak-lah asa dalam
lingkaran hati. Sebuah keinginan terazzamkan, tuk tetap mejadi semakin
baik dari hari ke hari, tuk tetap ceria dalam tiap laku, tuk tetap
kibarkan senyum sapa di setiap lahan hati yang terjambangi. Agar kiranya
menjadi pribadi yang menentramkan, pribadi yang memagnet rasa dalam
kebersamaan tanpa mengenal segala bentuk keadaan. Karena sungguh, ingin
sekali terkatakan, bahwa engkau nyaman dan aman bersamaku. Mari torehkan
keceriaan pada setiap takdir yang menggurat.
Tersenyumlah.... hidup ini tak layak ditangisi.
Tahukah kenapa?
Karena ada cinta taat yang merengkuh cinta nikmat dan cinta manfaat, bukan cinta laknat.
Karena engkau dan aku adalah sebaik-baik penciptaan.
Karena kita saling menopang dalam kesejatian cinta.
Terlebih... karena kita saling mencintai karena-Nya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar